Kearifan Lokal, Tradisi Zikir Malam Paccing/Pacar Suatu Tinjauan Ontologis
Ghazinews.com, Maros – Salah satu keunggulan besar bagi umat Islam adalah mencintai hakikat realitas. Hal tersebut bisa dibuktikan ketika umat mampu mengeksplorasi secara hakiki atas semua bentuk fenomenal setiap peristiwa
Kehadiran sebuah tradisi bagi umat dalam perkembangan agama Islam, tak bisa dipungkiri karena ada nilai yang mendasari sehingga agama Islam ini berkembang. Di samping itu perkembangan nilai tradisi tersebut mampu merekat seluruh aspek dan dimensi keutuhan suatu bangsa.
Dalam tulisan ini penulis ingin menekankan pada aspek tradisi pesta dzikir saat malam pacar bagi pengantin, baik mempelai wanita maupun mempelai laki-laki
Aspek Pertama, Hakikat Tradisi Pesta Zikir
Secara ontologis, pesta zikir adalah bentuk aktivitas spiritual yang bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam konteks malam pacar, zikir ini sering dikaitkan dengan memohon keberkahan untuk kehidupan rumah tangga pasangan yang akan menikah.
Tradisi ini juga bisa dipahami sebagai perpaduan antara ajaran agama dan kearifan lokal, yang mencerminkan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan budaya.
Di sisi lain, Zikir pada malam pacar berfungsi sebagai upaya spiritual untuk membersihkan hati dan pikiran calon pengantin. Zikir, yang melibatkan pujian dan doa kepada Allah, menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya sebelum memasuki fase kehidupan baru. Kondisi tersebut juga menjadi jalan meraih keberkahan bagi pernikahan yang akan datang, agar rumah tangga yang akan dibangun berada dalam lindungan dan rahmat Tuhan.
Fase ini juga sebagai sarana pembentukan fondasi keimanan rumah tangga bagi calon pengantin. Dengan Zikir akan mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT, memohon keberkahan, kedamaian, dan ketentraman dalam rumah tangga yang akan dibangun, agar memasuki pernikahan dengan jiwa yang bersih.
Aspek Kedua, Makna Simbolik dan Spiritualitas
Malam pacar (malam sebelum pernikahan) sering dianggap sebagai momen sakral dalam banyak tradisi. Pesta zikir pada malam ini memiliki dimensi simbolik yang mendalam, misalnya Penyucian jiwa yang bertujuan untuk membersihkan hati calon pengantin, Doa kolektif dengan Mengundang keluarga dan masyarakat untuk bersama-sama berdoa menciptakan energi positif bagi keberlangsungan rumah tangga.
Aspek Ketiga, Ontologi Sosial
Pesta zikir tidak hanya berdimensi spiritual, tetapi juga sosial. Ini menunjukkan pengakuan komunitas terhadap ikatan perkawinan dan mendukungnya dengan doa serta kebersamaan.
Tradisi ini sering mengakar pada kearifan lokal, yang berfungsi untuk memperkuat solidaritas sosial dan menjaga kesinambungan tradisi leluhur.
Zikir yang biasanya dilakukan bersama-sama melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas sosial yang kuat. Pada posisi ini Prosesi Pengajaran nilai agama dapat menjadi ajang edukasi informal bagi setiap generasi tentang pentingnya melibatkan aspek religius dalam setiap tahap kehidupan soaial.
Aspek Keempat, Konvergensi Agama dan Budaya Lokal
Pesta zikir sering kali menjadi contoh nyata bagaimana agama dan budaya lokal saling berinteraksi. Secara ontologis, tradisi ini mencerminkan adanya proses penyesuaian ajaran agama dengan konteks lokal, tanpa kehilangan esensi spiritualitasnya.
Tugas ummat adalah membangun nilai yang mencerminkan harmoni antara ajaran agama dan kearifan lokal. Ini menunjukkan bagaimana praktik keagamaan dapat diintegrasikan ke dalam adat istiadat setempat.
Aspek kelima, Nilai Etika dan Estetika,
Kesakralan dan Keharmonisan Prosesi zikir menanamkan kesadaran etis bahwa pernikahan adalah tanggung jawab besar yang harus dijalani dengan niat yang tulus.
Keindahan Spiritual Melalui lantunan zikir, ada keindahan batiniah yang dirasakan oleh para peserta. Ini menciptakan suasana yang damai dan khusyuk, mencerminkan keindahan spiritual dalam adat istiadat. Fungsinya adalah membangun Kesiapan emosional dan mental. Dengan Zikir menghadirkan ketenangan batin yang diperlukan oleh calon pengantin untuk menghadapi kehidupan pernikahan. Ini menjadi refleksi bahwa kehidupan rumah tangga bukan hanya tentang keindahan sebuah cinta, tetapi juga tanggung jawab yang membutuhkan kekuatan spiritual.
Dengan demikian, upacara zikir pada malam pacar bukan hanya seremonial belaka, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam membangun hubungan antara individu, komunitas, dan Tuhan. Ritual ini adalah wujud sinergi antara agama dan tradisi yang kaya akan nilai-nilai filosofis.
Dengan demikian, upacara zikir pada malam pacar bukan hanya ritual keagamaan, hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga memiliki dimensi sosial, budaya, dan spiritual yang kaya makna.
menegaskan pentingnya peran tradisi lokal dalam membangun harmoni antara nilai religius dan nilai kearifan lokal.
Penulis: Syamsir Nadjamuddin, S. Ag
Penghulu, Da’i dan Seniman
Referensi:
- Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Budaya.
- Nurcholish Madjid, Kontekstualisasi Ajaran Islam dalam Sejarah.
- Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.
- Clifford Geertz, The Religion of Java.
- Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh hingga Etika Sosial. - Ali Syariati., Tugas Cendekiawan Muslim.
- Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin (Kitab Zikir dan Doa)
- M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Rahasia di Balik Zikir dan Doa
- Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal
- Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Filsafat Islam: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi”
- Seyyed Hossein Nasr, Dimensi-Dimensi Islam”
- Taufik Abdullah, Adat dan Syariat: Pergumulan Nilai-nilai Islam dalam Budaya Lokal