Dari Derita Zonasi, Lahir Harapan di Mandai Maros: SMA 15 Jadi Cahaya di Tengah Gelap

Ghazinews.com Maros – Sejumlah orang tua murid di Kecamatan Mandai menyambut dengan penuh syukur atas pendirian SMA Negeri 15 Mandai yang akan segera dibuka tahun ajaran 2025/2026.
Kehadiran sekolah ini dinilai sebagai angin segar bagi mereka yang sebelumnya kecewa akibat tidak lolos seleksi di SMA Negeri 8 Maros.
“Saya sangat bersyukur dengan adanya SMA 15 Mandai. Kami merasa terbantu, terutama bagi anak-anak yang tidak diterima di SMA 8, kini punya tempat untuk melanjutkan pendidikan,” ujar seorang wali murid.
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Fraksi PAN, Andi Muhamad Irfan AB, yang juga merupakan putra daerah Maros, menyampaikan bahwa pendirian SMA Negeri 15 Mandai adalah hasil perjuangan panjang sejak 2022.
“Sejak 2022 kami dorong agar ada sekolah negeri baru di wilayah Mandai. Alhamdulillah, Disdik Sulsel berkomitmen penuh. Insya Allah, sambil menunggu pembangunan permanen, eks gedung ATKP akan digunakan sebagai lokasi belajar sementara,” jelas Irfan. Sekolah ini diharapkan mampu menampung siswa dari Kecamatan Mandai dan Turikale.
Langkah awal yang dilakukan masyarakat saat ini adalah mendata dan melaporkan anak-anak yang belum mendapatkan sekolah untuk kemudian difasilitasi masuk ke SMA Negeri 15 Mandai.
Sebelumnya, suasana haru dan kekecewaan menyelimuti warga sekitar SMA Negeri 8 Maros. Harapan anak-anak untuk bersekolah di lingkungan sendiri pupus akibat sistem zonasi yang dinilai tidak berpihak.
Abdulah Rasid, seorang warga yang rumahnya hanya berjarak beberapa ratus meter dari sekolah, menyampaikan kekecewaannya dengan suara bergetar. “Saya mohon kepada pemerintah, tolong beri anak saya kesempatan sekolah di sini. Kalau tidak, kami akan dirikan ruang kelas dari bambu. Bahkan kami siap menutup akses jalan ke sekolah,” ujarnya, Senin (23/6/2025).
Nada kecewa juga datang dari Juniati, cucu almarhum H. Rajab, tokoh masyarakat yang dahulu menghibahkan tanah untuk pembangunan SMA Negeri 8 Maros. “Kakek kami dulu berjuang agar anak-anak di sekitar bisa sekolah. Tapi sekarang, anak dari ahli waris pun tak diterima. Apa arti pengorbanan keluarga kami?” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ketua Komite SMA Negeri 8 Maros, Wahyu, menyoroti berkurangnya jumlah ruang kelas. “Tahun 2022 ada delapan ruang kelas, sekarang tinggal enam. Padahal jumlah siswa terus bertambah. Kami meminta minimal 90 siswa dari lingkungan sekitar dapat diterima. Jika tidak, wacana membangun kelas bambu akan kami realisasikan,” tegas Wahyu.
Ia juga menambahkan, warga menuntut janji lama pemerintah tentang pendirian sekolah baru di Mandai agar segera direalisasikan. “Kami tidak butuh janji lagi, kami butuh sekolah,” tambahnya lantang.
Kondisi ini turut mendapat perhatian dari Anggota Komisi I DPRD Maros, Hj. Sri Hastuti Willy Wahyu. Ia menilai fenomena ini sebagai tamparan keras bagi masyarakat.
“Jangan sampai hanya karena kekurangan ruang kelas, anak-anak Mandai putus sekolah. Ini sangat bertolak belakang dengan visi Presiden Prabowo Subianto bahwa pendidikan adalah kunci masa depan bangsa,” ujarnya.
Sri Hastuti mengusulkan dua solusi konkret: penambahan ruang kelas di SMA 8 Maros dan percepatan pendirian SMA Negeri 15 Mandai. Ia mendesak Dinas Pendidikan Provinsi agar bertindak cepat dan tidak membiarkan keresahan masyarakat terus berlarut.
Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan, H. Andi Iqbal Najamuddin, mengatakan pihaknya telah menyiapkan dua opsi: penambahan ruang kelas atau pendirian SMA Negeri 15 Maros. “Gedungnya sudah tersedia, tinggal menunggu izin operasional. Jika belum siap, kita akan mulai dengan sistem virtual,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa sebanyak 90 siswa yang tidak lolos seleksi di SMA Negeri 8 Maros akan menjadi prioritas utama di SMA Negeri 15 Maros.
Namun bagi warga, waktu adalah hal yang sangat berharga. Setiap hari tanpa kepastian dirasakan sebagai ancaman bagi masa depan anak-anak mereka. Dalam ketidakpastian ini, “kelas bambu” bukan sekadar ancaman, melainkan simbol perlawanan, semangat perjuangan, dan cinta orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya.(hd/ar)